Kehidupan yang sempurna merupakan impian dan harapan seluruh orang. Setiap orang pasti memiliki harapan. Harapan untuk menjadi orang yang sukses dan berhasil, harapan untuk mebahagiakan orang tua, harapan memiliki anak yang shaleh/shaleha yang berbakti kepada orang tua dan lain-lain. Harapan itu lah yang diinginkan oleh seluruh orang. Tanpa adanya harapan, manusia itu mati dalam hidup karena ia tidak memiliki arah atau tujuan untuk hidupnya. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Sasa hanya mampu mengontrak rumah, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli rumah.
Harapan berasal dari kata 'harap' yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat pula berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian, harapan menyangkut masa depan dimana berhasil atau tidaknya suatu harapan tersebut tergantung pada usaha yang mempunyai harapan. Dalam Al-Qur'an, QS 13:11 tertulis bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”. Misalnya: si A ingin mendapatkan nilai 100 pada quiz Matematika, tetapi si A tidak pernah mencatat, masuk saja hanya 2x masuk dari 5x pertemuan. Bagaimana si A dapat mengerjakan soal quiz Matematika ? Jangankan dapat 100, dapat 60 saja belum tentu bisa si A mendapatkannya.
DORONGAN KODRAT dan KEBUTUHAN HIDUP
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan sejak makhluk hidup lahir. Jadi tidak hanya manusia yang memiliki kodrat, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun juga memilikinya. Misalnya menangis, bergembira, berjalan, berkata, mempunyai keturunan, berkembang biak dan mati. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan. Seperti manusia yang ingin memiliki keturunan, maka ia juga ingin menikah dengan lawan jenisnya. Jadi dengan kodrat inilah seorang manusia memiliki sebuah harapan.
Sudah menjadi kodrat dari manusia untuk memiliki bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas Kebutuhan Jasmani dan Kebutuhan Rohani. Kebutuhan jasmani misalnya makan, minum, pakaian, rumah (sandang, pangan, dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan atau kesuksesan. Dengan adanya dorongan kodrat dan kebutuhan hidup, manusia memiliki harapan yang pada hakekatnya ialah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow, kodratnya harapan dan kebutuhan manusia ialah sebagai berikut :
- Kelangsungan Hidup (Survival)
- Keamanan (Safety)
- Hak dan Kewajiban Mencintai dan Dicintai (Be Loving and Love)
- Diakui Lingkungan (Status)
- Perwujudan Cita-Cita (Self Actualization)
Setiap ada harapan, maka didalamnya terdapat rasa kepercayaan. Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan dapat dibedakan atas :
- Kepercayaan pada Diri Sendiri : kepercayaan yang harus ditanamkan pada setiap pribadi manusia. Hakikatnya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Kepercayaan pada Orang Lain : percaya pada kata hatinya yang berbentuk pada perbuatan kebenaran kepada orang lain. Misalnya pada saudara, teman, orang tua atau siapa saja.
- Kepercayaan pada Pemerintah : percaya bahwa negara akan melaksanan tugas sesuai fungsi kedaulatan dimana kedaulatan adalah dari rakyat; untuk rakyat.
- Kepercayaan pada Tuhan : meyakini bahwa manusia diciptakan oleh tuhan dan manusia harus bertakwa pada tuhannya. Salah satu cara bertakwa adalah mengukuhkan imannya bahwa tuhan merupakan zat yang merupakan kebenaran mutlak.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a. Harapan apa yang baik
b. Bagaimana mencapai harapan itu
c. Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.