Kamis, 21 Oktober 2010

PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN



PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA
            Filed Under: Umum
Pada awal Masehi, jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai 200 juta jiwa. Pada tahun 1650 jumlahnya meningkat menjadi 550 juta jiwa. Dilihat dari laporan PBB, jumlah penduduk dunia sampai akhir 2002 telah mencapai 6.2 miliar jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk di negara-negara berkembang menjadi berjumlah ± 5 miliar jiwa.
Perkembangan secara umum penduduk dunia semakin besar dan diprediksikan pada suatu masa akan terjadi peledakan penduduk dunia karena banyaknya bayi yang lahir (baby boom). Kekhawatiran ini sudah mulai dipikirkan oleh para pemikir waktu diantaranya: Thomas Robert Malthus, Meadow, Warren Thompson dan Frank.

Di bawah ini adalah tabel pertumbuhan penduduk.
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
PERKEMBANGAN PER-TAHUN
1830
1 MILYARD
-
1930
2 MILYARD
1 %
1960
3 MILYARD
1.7 %
1975
4 MILYARD
2.2 %
987
5 MILYARD
2 %
1996
6 MILYARD
2 %
2006
7 MILYARD
2 %
Dari tabel di atas, dapat dilihat pertumbuhan penduduk semakin cepat, dalam jangka waktu yang sangat singkat, terjadi pertumbuhan penduduk.  

PENGGANDAAN PENDUDUK DUNIA
Akibat dari perkembangan penduduk yang semakin cepat maka penggandaan penduduk (double population) semakin cepat. Seperti tabel berikut ini:
 
TAHUN PENGGANDAAN
PERKIRAAN PENDUDUK DUNIA
WAKTU
800 SM
5 JUTA
-
1650 TAHUN
500 JUTA
1500
1830 TAHUN
1 MILYARD
180
1930 TAHUN
2 MILYARD
100
1975 TAHUN
4 MILYARD
45
Sumber : Ehrlich, Paul, R, el al, Human Ecology W.H. Freeman and Co San Fransisco.

Dari tabel diatas, dapat diambil bahwa dari tahun 1830-1930 pada kurun waktu 100 tahun mengalami penggandaan penduduk, sedangkan dari tahun 1930-1975 pada kurun waktu hanya 45 tahun telah mengalami penggandaan. Ini menunjukkan bahwa penggandaan semakin cepat berlangsung.

FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI PERTAMBAHAN PENDUDUK
      Penambahan/pertambahan penduduk di suatu daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi sebagai berikut :
1.     Kematian (Mortalitas)
2.     Kelahiran (Fertilitas)
3.     Migrasi
                 
      Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari peristiwa yang menyatukan dalam bentuk perbandingan. Biasanya perbandingan ini dinyatakan dalam tiap 1000 penduduk.
     
1.     Kematian
            Ada beberapa tingkat kematian. Akan tetapi di sini hanya dijelaskan dua jenis tingkat kematian saja yaitu :
a.     Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
      Tingkat kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut. Secara dinyatakan tiap 1.000 orang. Sehingga dapat dituliskan dengan rumus :
      D = Jumlah Kematian

                                   Jumlah kematian
      CDR =                                                                   x   1.000
                                       Jumlah penduduk pertengahan tahun

                        atau :
                                                D
                        CDR =                          K
                                               PM
                        PM = Jumlah penduduk per pertengahan tahun
                        K   = Konstanta = 1.000

b.    Tingkat Kematian Khusus (Age Specific Death Rate)
Tingkat kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan. Umpama laki-laki berusia 85 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mati daripada laki-laki umur 25 tahun. Orang laki-laki yang berada di medan perang lebih besar kemungkinan untuk mati daripada istri mereka yang berada di rumah.
Karena perbedaan resiko kematian tersebut, maka digunakan tingkat kematian menurut umur (Specific Death Rate). Dengan tingkat kematian ini menunjukkan hasil yang lebih teliti. Karena angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu 1000 penduduk pada kelompok umur yang sama, maka dapat dibuat rumus sebagai berikut :
                            Di
ASDRi =                            x  K
                                                   Pm
                        Di  = Kematian penduduk kelompok umur 1
                        Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok umur 1
                        K   = Konstanta = 1000

2.     Fertilitas (Kelahiran Hidup)
            Pengukuran fertilitas tidak sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai berikut :
1.     Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyaknya bayi-bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering dicatatkan sebagai lahir mati.
2.     Wanita mempunyai kemungkinan melahirkan dari seorang anak (tetapi meninggal hanya sekali).
3.     Makin tua umur wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin menurun.
4.     Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk melakukan.

                        Ada dua istilah asing yang kedua-duanya diterjemahkan sebagai kesuburan.
a.     Facundity (kesuburan)
      Facundity adalah lebih diartikan sebagai kemampuan biologis wanita untuk mempunyai anak.
b.    Fertility (Fertilitas)
      Fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Yang dimaksud dengan lahir hidup adalah kelahiran dengan tanda-tanda kehidupan, misalnya : bernafas, bergerak, berteriak/menangis, ada denyutan jantung, dan sebagainya. Pengukuran fertilitas selalu didasarkan atas jumlah kelahiran hidup pada kelompok penduduk pada periode tertentu. Tinggi rendahnya kelahiran dalam suatu/sekelompok penduduk erat hubungannya dan tergantung pada : struktur umur, penggunaan alat kontrasepsi, pengangguran, tingkat pendidikan, status pekerjaan wanita, serta pembangunan ekonomi. Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR). Tingkat kelahiran kasar adalah jumlah kelahiran hidup pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun tersebut.
                              Jumlah lahir hidup
CBR =                                                                         x   1000
               Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

atau :

                   B
BCDR =                  K
                  PM
B   = Jumlah kelahiran hidup pada suatu dunia pada suatu tahun tertentu
PM = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K   = Konstanta (1000)

MIGRASI
            Aspek dinamis kehidupan kelompok dalam ruang ialah gerakan penduduk yang dinamai migrasi. Migrasi merupakan akibat dari keadaan lingkungan alam yang kurang menguntungkan. Sebagai akibat dan keadaan alam yang kurang menguntungkan menimbulkan terbatasnya sumber daya yang mendukung penduduk di daerah tersebut.
            Langkah-langkah seseorang migran dalam menentukan keputusannya untuk pindah ke daerah lain atau kawasan (areal) lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor-faktor sebagai berikut :
-       Persediaan sumber alam
-       Lingkungan sosial budaya
-       Potensi ekonomi
-       Alat masa depan
Dengan mengetahui faktor-faktor di muka setidaknya terhindar dari akibat negatif. Di samping itu mereka juga memikirkan berbagai rintangan yang mungkin dihadapi selama proses migrasi.

Dengan adanya Intervening Obtacles (rintangan antara) maka timbul dua proses migrasi yaitu :
1.     Migrasi bertahap
2.     Migrasi langsung

Secara garis besar kemampakan migrasi di Indonesia dibagi menjadi dua kemampakan yaitu : urbanisasi dan migrasi intergional atau transmigrasi.

AKIBAT MIGRASI
a.     Urbanisasi (migrasi dari desa ke kota) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan. Para urbanit kebanyakan terdiri dari golongan umur muda yang sangat produktif serta banyak inisiatifnya. Sebagian akibat dari penduduk yang rata-rata masih muda tersebut memungkinkan pertumbuhan penduduk yang pesat di kota, dan bagi pembangunan desanya sedikit banyak akan mempengaruhi kelancaran.
b.    Migrasi interegional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar Jawa. Di DKI Jakarta sebagai akibat dari adanya migrasi interegional pertumbuhannya menjadi sangat cepat.
c.     Migrasi antar negara di Indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada tahun 1971 sampai dengan 1980 migrasi masuk (immigrasi) hanya ada 0,61% dan migrasi ke luar (emigrasi) hanya sebesar o,57% per tahun. Sehingga akibatnya kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia. Walaupun migrasi dapat terjadi dalam dimensi nasional, regional, dan internasional, namun dipandang dari sudut sosiologi tidak ada perbedaan dasar antara migrasi nasional dan internasional (emigrasi dan imigrasi). Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya dapat untuk mengetahui :
-       Pertumbuhan penduduk di suatu daerah termasuk cepat atau lambat
-       Rasio ketergantungan
-       Jumlah wanita dalam usia subur
-       Jumlah tenaga kerja yang tersedia
-       Berdasarkan tempat tinggal
-       Bentuk piramida bentuk

Ada tiga jenis struktur penduduk :
1.     Piramida Penduduk Muda
Piramida ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya kita jumpai pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya : India, Brazil, dan Indonesia.
Bentuk Piramida Penduduk Muda :


2.     Piramida Stationer
Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda, dan Skandinavia.

3.     Piramida Penduduk Tua
Bentuk piramida ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesan dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia, dan Perancis.

            RASIO KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY OF RATIO)
                        Dari komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai untuk menghitung rasio ketergantungan. Rasio ketergantungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk golongan umur yang belum produktif dan sudah tidak produktif kerja lagi dengan jumlah penduduk golongan umur produktif kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%).
                        Penggolongan umur penduduk dalam kelompok produktif sangat berpengaruh dalam lapangan penghidupan produktivitas kerjanya dalam lapangan produksi.
                        Penggolongan menurut DW Sleumer :
                                    0 – 14               Golongan belum produktif
                                    15 – 19             Golongan kurang produktif penuh
                                    20 – 54             Golongan produktif
                                    55 – 64             Golongan tidak produktif penuh
                                    65 ke atas         Golongan inproduktif

                        Penggolongan menurut Sumbarg :
                                    0 – 15               Golongan belum produktif                                           
                                    15 – 65             Golongan produktif penuh
                                    65 ke atas         Golongan produktif berkurang

                        Penggolongan menurut Widjojo, Pullerd, dan John Clark :
                                    0 – 14               Golongan belum produktif
                                    15 – 64             Golongan produktif
                                    65 ke atas         Golongan tidak produktif
 


KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA
1.     Zaman Batu sampai Zaman Logam
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai dari zaman batu sampai zaman logam, sungguh akan berliku-liku, memerlukan waktu pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu itu pun terbagi dalam :
-       Zaman batu tua (Palaeolithikum)
-       Zaman batu muda (Neolithikum)
Alat-alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar-kasar , misalnya kapak genggam.
Kapak genggam-kapak genggam semacam itu kita kenal dari Eropa, Afrika, Asia Tengah, sampai Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam ini tidak didapati orang di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari Cina Selatan, menyebar ke arah Selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke Semenanjung Malaka.
Lebih lanjut menyebar ke Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampai ke Flores, dan Sulawesi, berlanjut ke Filipina. Kapak-kapak batu serup itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai kayu dengan rotan.
Bersamaan dengan persebaran budaya kapak-kapak batu itu, tersebar pula bahasa Proto Austronesia. Bahasa Proto-Austronesia sebagai induk atau cikal bakal bahasa dari bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Dengan begitu bahasa Proto Austronesia sebagai induk bahasa-bahasa di wilayah negara-negara anggota Asean, khususnya Republik Indonesia, dikemudian hari muncul sebagai bahasa Melayu. Bahasa Melayu dengan dialek-alek yang berbeda-beda itu, salah satu diantaranya berkembang di Republik Indonesia, kemudian menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa kesatuan Republik Indonesia.
Zaman batu muda (Neolithikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini, mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan dengan itu revolusi alat-alat keperluan penunjang kehidupan pun terjadi. Penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa manusia-manusia zaman batu muda itu telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan ke dalam cetakan-cetakan serta mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-alat lain yang mereka perlukan.
Bangsa-bangsa Proto-Austronesia yang masuk dari Semenanjung Indo China ke Indonesia itu membawa Kebudayaan Dongson, dan menyebar di Indonesia. Materi Dongson diantaranya berupa senjata-senjata tajam dan kapak berbentuk sepatu dari bahan perunggu.
Suatu hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.

KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA, DAN ISLAM
1.     Kebudayaan Hindu dan Budha
                   Pada ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan.
                   Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama/ajaran Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju daripada Hinduisme, sebab Budhisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat.
                   Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tumbuh dan berkembang berdampingan secara damai. Baik penganut Hinduisme maupun Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi  dalam seni bangunan/arsitektur, relief-relief yang diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah ataupun di Jawa Timur. Candi-candi yang dimaksud diantaranya : Borobudur, Mendut, Prambana, Kalasan (Jawa Tengah), Badut, Kidal, Jago, Singosari, di sekitar kota Blitar, semuanya di wilayah provinsi di Jawa Timur.
                   Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar dan termegah di Asia Tenggara, bahkan tercatat sebagai salah satu bangunan kuno, yang termasuk dalam 10 besar keajaiban dunia.

2.     Kebudayaan Islam
Pada abad ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para pemuka-pemuka Islam yang disebut Wali Sanga. Titik sentral penyebaran agama Islam pada abad itu berada di Pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa sebelum abad ke-11 sudah ada wanita Islam yang meninggal dan dimakamkan di kota Gresik. Masuknya agama Islam ke Indonesia, teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai. Hal ini disebabkan karena Islam dimasukkan ke Indonesia tidak dengan secara paksa, melainkan dengan cara baik-baik. Disamping itu disebabkan sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Pada abad ke-15, ketika kejayaan maritim Majapahit mulai surut, berkembanglah negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan kewibawaan Majapahit yang berpusat pemerintahan di pedalaman. Negara-negara yang dimaksud adalah negara Malaka di Semenanjung Malaka, negara Aceh di Ujung Pulau Sumatra, negara Banten di Jawa Barat, negara Demak dipesisir utara Jawa Tengah, negara Goa di Sulawesi Selatan. Dalam proses perkembangan negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang-pedagang kaya dan golongan bangsawan kota-kota pelabuhan, nampaknya telah terpengaruh dan menganut agama Islam.
Di daerah-daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai pengaruh yang mendalam dalam kehidupan penduduk di daerah yang bersangkutan.
Demikian misalnya di Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatra Timur, Sumatra Barat, dan pesisir Kalimantan.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan Islam memberi saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.

KEBUDAYAAN BARAT
                        Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal kebudayaan Barat masuk ke Indonesia ketika kaum kolonialis/penjajah mengedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota provinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, di kota-kota pusat pemerintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial.
1.     Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh
2.     Lapisan sosial kaum pegawai

Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan kemampuan/kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas sosial.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga kedalam kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan agama Kristen Protestan. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan sengaja oleh organisasi-organisasi penyiaran agama (missie untuk agama Katolik dan zending untuk agama Kristen) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama di daerah-daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha, atau Islam.


0 komentar:

Posting Komentar